Bahasa Indonesia (Pidato)
NormatifPidato: Membangun Generasi Muda Islami
MEMBANGUN
GENERASI MUDA INDONESIA
YANG
LEBIH BERKUALITAS DAN BERAHLAKUL KARIMAH
Assalamu alaikum warohmatulahi
wabarokatuh.
Alhamdulillah. Innal hamda lillah.
Nahmaduhu wanastainuhu, wanastaghfiruhu, wa naudzubillahi min sururi anfusina,
wamin sayyiati a’malina, mayyahdilahu falaa mudhilallah. Wa mayyudlilhu falaa
hadiyallah. Qoola Rasulullahi shallallahu alaihi wasallam, “Innama buitstu
liutamimma makaarimal ahlak.” Amma ba’du.
Dewan Juri dan Hadirin Rohimakumullah,
Sejenak marilah kita bersama menundukkan
kesombongan dan keangkuhan kita, di hadapan Allah Yang Maha Rahman dan Rahim,
seraya memanjatkan rasa syukur Alhamdulillahi Robbil Alamin, atas segala
rahmat, karunia, dan maghfiroh-Nya sehingga kita dapat berkumpul di majelis
yang insyaallah dipenuhi berkah ini.
Shalawat serta salam, semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing
kita semua dari alam jahiliyah menuju dunia yang penuh cahaya kebenaran, cahaya
Islamiyah.
Dewan Juri dan Hadirin yang Dirahmati
Allah,
Akhir-akhir ini di
hadapan kita sering dipajankan berbagai berita tentang dekadensi moral,
penurunan akhlak di kalangan generasi muda dan para pemimpin bangsa. Kebejatan
moral menjadi hidangan setiap hari. Para pejabat korupsi, berselingkuh dengan
dalih nikah siri, premanisme merajalela, begitu pun penyalahgunaan narkoba. Kesesatan
seperti yang dipertontonkan Eyang Subur seakan menjadi tuntunan, yang tak perlu
dirisaukan apalagi dihentikan.
Astaghfirullahal adhiem.
Sungguh, saat ini kita
berada dalam zaman yang secara jelas digambarkan Allah
dalam surat Maryam ayat 59 yang berbunyi:
Artinya:
Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek)
yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak
akan menemui kesesatan.
Yang dimaksud “pengganti” dalam ayat ini
adalah umat Islam setelah wafatnya Rasulullah.
Yaitu suatu generasi yang perilakunya menyimpang dari jalan yang lurus, meninggalkan ajaran yang dibawa para
Rasul sebelumnya sehingga mereka tidak lagi mengerjakan salat dan selalu
memperturutkan kehendak hawa nafsu dan dengan terang-terangan melanggar
larangan Allah seperti meminum minuman keras, berjudi, berzina, dan mengadakan
persaksian palsu. Mereka ini diancam oleh Allah dengan ancaman yang keras,
kepada mereka akan ditimpakan kecelakaan dan kerugian baik di dunia maupun di
akhirat.
Kini, alangkah mudahnya kita temukan
orang-orang di sekitar kita, saudara-saudara kita sesama muslim yang menyimpang dari jalan yang lurus,
meninggalkan ajaran yang dicontohkan Rasulullah.Yang lebih mengerikan lagi, secara
tidak kita sadari, semakin hari kita semakin membiarkannya, kita semakin lama
semakin bersikap permisif dan pasif. Menganggap segala kemunkaran itu sebagai
hal yang biasa, yang harus diterima, karena kita tidak lagi sanggup berbuat
apa-apa. Istilahnya, nafsi nafsi, urusanku urusanku sendiri, urusanmu urusanmu sendiri.
Jangan ikut campur. Bahkan tidak sedikit di antara kita pelan-pelan terseret
mengikuti arus kesesatan ini.
Sungguh sangat ironis. Di tengah-tengah gencarnya syiar
Islam, di tengah-tengah banyaknya pengajian massal yang dihadiri ribuan, bahkan
puluhan ribu orang, kemunkaran semakin jelas-jelas dipertontonkan. Tentang
kondisi ini, Uqbah bin `Amir meriwayatkan Sabda Rasulullah SAW yang artinya:
"Akan
rusak binasalah sebahagian dari umatku yaitu "Ahlul Kitab" dan
"Ahlullaban" Aku bertanya siapakah "Ahlul Kitab" wahai
Rasulullah? Mereka ialah orang-orang yang mempelajari Alquran untuk berdebat
dengan orang-orang mukmin. Lalu siapa pula "Ahlullaban" itu?
Rasulullah menjawab, mereka ialah orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu
dan meninggalkan salat". (H.R. Ahmad dan Hakim)
Ya… kita semua menjadi
saksi, bahkan mungkin menjadi pelaku “ahlullaban” ini, menjadi orang-orang yang
mengetahui dan menguasai ilmu agama sesuai Alquran dan Al hadis, tetapi tidak mengamalkannya; kita hanya
menjadikannya senjata. Agama sekarang menjadi senjata untuk tampak pintar,
tampak alim, mengalahkan lawan bicara, bahkan untuk mencari kedudukan dan
kekayaan.
Dalam kondisi seperti
inilah, generasi muda dewasa ini tumbuh mencari jati dirinya.
Dewan Juri dan Hadirin Rohimakumullah,
Bisakah kita
membayangkan, alangkah bingungnya para pemuda menentukan figur yang seperti apa
yang harus mereka contoh? Apakah mereka harus tetap jujur, meskipun ujung-ujung
harus tersingkir? Atau memang benar adanya, pameo Jawa yang menyatakan “Jamane
jaman edan, yen ora ngedan ora keduman.”Jamannya jaman edan, jaman penuh
kegilaan, kalau kita tidak ikut dalam kegilaan itu, kita akan tersisihkan.
Tentu, kita dengan
tegas menolaknya. Karena Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah untuk membimbing
manusia agar berperilaku yang ahlakul karimah.
Innama
buitstu liuttamimma makarimal ahlak, “Sesungguhnya
aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Kebobrokan akhlak bangsa ini, telah
dengan tragis menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa ini. Kehancuran ahklak
pemuda bangsa ini akan melahirkan generasi yang lower quality, generasi yang mampu menjual dirinya sendiri, menjual
tanah airnya, bahkan menjual aqidahnya. Marilah kita belajar dari sejarah hitam
kaum Ad dan kaum Tsamud, dua bangsa besar yang sangat durhaka kepada Allah dan
nabinya, yang kemudian dibinasakan Allah. Semua itu dapat menjadi pembelajaran
bagi umat-umat setelahnya.
Dewan Hakim dan Hadirin Rahimakumullah,
Untuk melahirkan generasi penerus yang
berkualitas dan berahlakul karimah, harus dilakukan melalui ikhtiyar lahir dan
batin. Ikhtiyar lahir dapat dilakukan dengan cara memberikan makanan, tempat
tinggal, fasilitas pendidikan yang memadai pada anak keturunan kita. Berikutnya
adalah ikhtiyar batin. Ikhtiyar batin harus dimulai sejak kita memilih jodoh,
calon bapak atau ibu anak-anak kita nanti. Dalam memilih jodoh hendaknya kita
berpegangan kepada ajaran Nabi Muhammad SAW dengan melihat 4 kriteria, yaitu
wajahnya, keturunannya, kekayaannya, dan agama atau ahlaknya. Namun, bila kita
tidak dapat menemukan jodoh yang sempurna ke empat-empatnya, maka jadikanlah
agama, ahlak sebagai syarat yang utama.
Setelah menikah, ikhtiyar batin yang harus dilakukan adalah berdoa. Tidak
lagi berdoa untuk diri sendiri seperti pada masa masih lajang, tetapi sudah
bertambah untuk istri atau suami, anak-anak, dan calon keturunan kita nantinya.
Doa ini secara tersurat difirmankan Allah dalam Al Quran surat Al Furqoon ayat
74 berikut ini.
Artinya,
Dan orang-orang yang berkata:
`Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa.
Dewan Hakim dan Hadirin Rahimakumullah,
Orang-orang yang bermunajat dan memohon
kepada Allah agar dikaruniai istri atau suami, anak-anak dan keturunann yang benar-benar menyenangkan hati dan
menyejukkan perasaan mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang saleh dan
bertakwa. Mereka termasuk dalam golongan yang diselamatkan Allah dari neraka
jahanam seperti dijelaskan dalam surat Al Furqoon ayat 69. Doa orang tua yang
saleh dan bertakwa ini didasarkan oleh keinginan agar penduduk dunia ini
dipenuhi oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa dan agar anak cucu mereka
melanjutkan perjuangannya menegakkan keadilan dan kebenaran.
Dari Al Quran kita juga dapat belajar bagaimana menjadi
pemuda yang dicintai Allah dari kisah Ashabul Kahfi, yaitu 7 orang pemuda dan
seekor anjing yang bersembunyi untuk menyelamatkan aqidah. Mereka bersembunyi dari Raja Daqyanus yang lalim. Daqyanus
seorang penyembah berhala yang menangkap, menyiksa, dan membunuh orang-orang
yang beriman. Demi menyelamatkan aqidahnya, para pemuda ini bersembunyi di gua.
Allah kemudian membuat mereka tertidur selama 309 tahun dan membangunkan mereka
kembali ketika pemerintahan sudah berubah aman.
Adapun sifat-sifat ashabul kahfi yang layak kita teladani adalah
(a) menegakkan shalat lima waktu. Sebab shalat
akan mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar. Innasholata tanha anil fahsa’i wal munkar. (b) selalu menyeru pada
al-haq, berani menyuarakan kebenaran,
(c) mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan selalu menjalankan perintah dan
menjauhi larangan Allah sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW, (d) saling
melindungi sesama muslim, dalam artian menjaga kerukunan, perdamaian, dan
persatuan dalam ukhuwah islamiyah, dan (e) rela mengorbankan diri dan hartanya
untuk kepentingan, untuk jihad fi sabilillah.
Demikianlah yang dapat
saya sampaikan kepada para hadirin, khususnya
generasi muda. Marilah bersama-sama kita bertekad menjadi generasi
Robbani, generasi islam yang berkualitas dan berahlakul karimah. Generasi yang
siap memegang amanah, meneruskan perjuangan para pahlawan yaitu mewujudkan
bangsa Indonesia yang adil sejahtera. Baldatun
thoyyibatun wa Robbul ghofur.
Akhirnya, semoga
bermanfaat dan menginspirasi.
Usiikum binafsi,
bitaqwallah.
Wassalamu alaikum Wr
Wb